PERPISAHAN
Malam ini
hujan deras sekali,bagai butir-butir kristal yang terus menerjang bumi.
Terdengar berderaian menerpa atap rumah, rumah yang cukup mewah, di rumah mewah
itu tinggal seorang gadis yang cantik. Namanya Laurensia biasa di panggil sya.
Hidungnya mancung, rambutnya lurus di biarkan terurai. Dia berdiri di depan
jendela kamarnya memandang butir-butir hujan yang terus menetes, jatuh dari
langit, bagai air matanya yang terus mengalir di pipinya, seakan terlukis di
wajahnya yang cantik kenangan pahit yang pernah dia alami. Tangannya memegang
sebuah buku harian, buku yang isinya penuh dengan kenangan.Sesekali terlihat
dia menyeka air matanya, sungguh menyedihkan.
Tanpa
disadari mamanya mengetok pintu kamarnya.
“Tok…tok…tok…sayang buka pintunya
dong, ada Nanda tuh, udah nunggu kamu di bawah…!!
“ Iya bentar ma!!! Emangnya ada
perlu apa sih dia datang malam-malam gini, emangnya gak ada kerjaan tuh anak “
jawab Laurensia ketus.
“ Katanya ada hal penting yang
ingin dia bicarakan denganmu, cepatlah turun,!! Jangan membuat tamumu menunggu
lama kasian tuh!!!!” kata bu Rina membujuk anak semata wayangnya itu.
“ iya bentar ma,, bilang ama nanda
tunggu sebentar aku lagi ganti baju, bentar !!!” jawab laurensia ketus.
Tak
lama kemudian Laurensia dengan langkah gontai menuruni tangga rumahnya,
wajahnya sayu tak bersemangat membuat iba setiap orang yang melihatnya. Matanya
kelihatan bengkak,merah,seperti habis menangis seharian.
“udah lama ya nunggunya ? “ sapa
laurensia.
“ Gak kok sya, baru 15 menit!!
kamu habis nangis lagi ya,..???” Tanya Nanda, menatap lekat wajah kekasihnya
ini.Laurensia terdiam kepalanya tertunduk,seakan tak sanggup memandang wajah
kekasihnya Nanda, lelaki yang sangat tampan, sekaligus lelaki yang amat di
cintainya itu.
“Aku tak sanggup melihat kenyataan
ini” kata laurensia terisak, tanpa disadarinya air matanya terus mengalir di
pipinya.
“Maafkan aq sya, aku gak pernah
bermaksud nyakitin kamu, aku sayang sama kamu. Berpisah denganmu itu berat
bagiku tapi aku mau kamu tegar.”kata Nanda sambil menyeka air mata laurensia.
“Aku ingin kamu terus tersenyum
walau tanpa aku di sisimu,aku mau kamu mengiklaskan semua ini,” lanjut Nanda.
Laurensia
terdiam, dia tak mampu berkata sepatahpun. Hatinya sakit sekali rasanya,hancur
tak terbentuk lagi. Tapi dia menyadari semua ini sudah takdir, jalan hidup yang
harus dia jalani. Laurensia mencoba tersenyum untuk terakhir kali kepada Nanda,
mencoba untuk tegar. “Aku terima semua keputusan kamu, mungkin ini sudah yang
terbaik untuk kita.” Laurensia mencoba bicara.
Nanda
mengajak Laurensia keluar. Mereka berdua duduk ditaman di belakang rumah
laurensia. Taman yang cukup indah dan terawat, angin malam yang bertiup pelan
seakan ikut meratapi perpisahan mereka dan bintangpun menjadi saksi atas cinta
mereka.
“indah sekali ya malam ini!!!”
kata Nanda membuka pembicaraan, dia menatap langit yang bertabur bintang,
sesekali di liriknya Laurensia. Yang kini terus diam bagai patung di
sebelahnya.
SUNYI….
“Aku berharap ini bukan pertemuan terakhir
kita,,, aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi” lanjut Nanda. Kini
dia menatap lekat wajah laurensia, seakan berusaha menegarkan hati kekasihnya
itu. Dan akhirnya laurensia berbicara juga.
“Aku sudah mengiklaskan semuanya.
Aku sudah merelakan dirimu pergi meninggalkan diriku,thanks buat semua kebaikan
dirimu untuk diriku selama ini. Aku akan selalu berdoa untuk dirimu semoga kamu
selalu bahagia.”
“aku pasti akan merindukan dirimu”
bisik Nanda kepada Laurensia. Dia peluk kekasihnya untuk terakhir kalinya, di
ciumnya pipi Laurensia.
Akhirnya
mereka harus berpisah, Nanda pergi keluar negeri mengikuti kedua orang tuanya
yang bertugas di Amerika, demi orang tuanya dia rela berpisah dengan orang yang
sangat di cintainya.
“JARAK DAN TEMPAT AKHIRNYA MENJADI
ALASAN PERPISAHAN, NAMUN KUPERCAYA KEKUATAN CINTAku KEPADAMU AKAN MENGEMBALIKAN
DIRImu LAGI KEPADAku…..”